Jakarta, Ceklisdua.net – Di tengah padatnya arus lalu lintas dan gemerlap lampu malam kawasan Mangga Besar Lokasari, Jakarta Barat, seorang pedagang baju tampak tekun menggelar dagangannya di pinggir jalan. Dengan tenda sederhana dan rak baju yang baru, pria bernama Bang Ahmad itu tetap berusaha tersenyum menyambut setiap pembeli yang melintas. (24/10/25)
Sudah lebih dari lima tahun Bang Ahmad mengais rezeki di trotoar yang sama. Setiap hari, mulai pukul 6 sore hingga larut malam, ia menjual berbagai jenis pakaian — mulai dari kaus oblong,kemeja, celana jeans, hingga jaket murah yang disusun rapi di gantungan besi. “Saya mulai jualan dari sore sampai tengah malam. Kalau lagi ramai bisa sampai jam dua pagi,” ujarnya sambil menepuk-nepuk debu yang menempel di baju dagangan.
Bagi Bang Ahmad, berjualan di pinggir jalan bukanlah pilihan yang mudah, namun merupakan satu-satunya cara untuk bertahan hidup di tengah tekanan ekonomi. “Dulu saya kerja di pabrik konveksi, tapi waktu pandemi ditutup. Akhirnya saya pakai sisa tabungan buat modal jualan di sini,” katanya.
Namun, perjuangannya tidak lepas dari berbagai tantangan. Selain panas dan hujan yang datang silih berganti, ia juga kerap menghadapi razia petugas Satpol PP yang menertibkan area trotoar. “Kadang kami disuruh pindah, kadang diangkut barangnya. Tapi kalau nggak jualan, anak istri di rumah makan apa? Saya juga butuh hidup,” ucapnya lirih.
Di sekitar kawasan Lokasari, puluhan pedagang kecil seperti Bang Ahmad juga menempati sisi jalan, membentuk deretan lapak yang menjadi pemandangan khas setiap malam. Mereka saling mengenal, bahkan saling membantu ketika ada razia atau kesulitan. “Kami di sini kayak keluarga. Kalau ada kabar razia, langsung kasih tahu teman-teman,” tutur Rieci, pedagang keripik singkong yang berjualan di sampingnya.
Meskipun kehadiran mereka sering dianggap mengganggu ketertiban umum, tak sedikit warga yang justru senang dengan keberadaan para pedagang kaki lima itu. “Harga di sini lebih murah dan bisa ditawar. Kadang kalau malam, saya beli baju buat dipakai kerja, lumayan hemat,” kata Dolly, salah satu pembeli yang ditemui di lokasi.
Sementara itu, pihak Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Jakarta Barat mengaku memahami kondisi para pedagang kecil yang mencari nafkah di pinggir jalan. Namun, mereka tetap menegaskan pentingnya penataan agar kawasan publik tetap tertib.
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sendiri terus berupaya mengedepankan pendekatan humanis dalam menangani persoalan pedagang kaki lima. “Kami memahami bahwa ekonomi rakyat kecil harus tetap hidup.
Kisah Bang Ahmad dan rekan-rekannya di Mangga Besar Lokasari menjadi potret nyata perjuangan masyarakat kecil di tengah kerasnya kehidupan kota. Di antara bising kendaraan, debu jalanan, dan dinginnya malam, mereka terus berjuang demi sepotong rezeki halal — selembar kain demi selembar harapan.
Denni










